riduwan
Senin, 04 Mei 2020
Jumat, 22 April 2011
Cultural Lag & Anomie dalam Masyarakat
Cultural Lag
Anomie
Anomie merupakan hilangnya nilai-nilai yang ada dalam masyarakat sehingga masyarakat tidak mempunyai pegangan dalam menentukan hal yang baik dan buruk. Suatu nilai yang sudah ada hilang karena perubahan sosial dan nilai-nilai baru yang dubutuhkan tidak muncul. Hal ini membuat masyarakat menjadi bingung untuk menentukan nilai dalam kehidupan mereka. kejadian-kejadian anarkis yang terjadi dalam masyarakat mungkin dapat kita ambil sebagai contohnya. Tindakan pengeboman akhir-akhir ini marak terjadi. Dalam analisa ini mereka melakukan itu karena mereka tidak mengetahui apa nilai pengeboman itu. akibat yang ditimbulkan dalam masyarakat. Keadaan masyarakat yang kacau membuat mereka bingung untuk menentukan tindakan mereka. Dalam keadaan ini seseorang sangat mudah untuk dipengaruhi. Mudah untuk dimasuki doktrin-doktrin baru yang bisa membahayakan bagi masyarakat sekitarnya. Mereka tidak mempunyai pegangan untuk menetukan apa yang baik yang harus dilakukan. Masyarakat mulai bingung dalam menentukan tindakan yang benar dan yang salah. Di desa sekarang banyak kita jumpai perempuan yang memakai baju yang ketat yang sedikit memerlihatkan tubuhnya. Mereka melakukan itu karena masuknya budaya baru yang kebanyakan melalui teleivisi. Dengan menonton televise mereka dengan tidak sadar telah menerima budaya baru dari kota yang modern. Nilai tradisi yang dulu mereka anut lama kelamaan akan memudar dari dirinya digantikan oleh budaya baru itu. dalam hal ini masyarakat tidak bisa berbuat banyak. Nilai lama menghilang tapi nilai baru untuk mengimbangi budaya itu belum muncul. Tidak ada pilihan lain masyarakat akan menerima kebudayaan itu tanpa melihat baik buruknya.
KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN
Kebudayaan merupakan cara berpikir dari setiap orang, perilaku-perilaku yang digunakan dalam berinteraksi, dan juga objek-objek material yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Sifat-sifat dari kebudayaan adalah berbasis pada simbol, dapat dipelajari, diwariskan, dimiliki bersama, dan bersifat adaptif. Salah satu contoh kebudayaan adalah budaya “nondjok” , yaitu budaya dimana ada seseorang yang mempunyai hajat, entah itu pernikahan, khitanan, atau yang lain, maka orang yang mempunyai hajat tadi memberikan bebagai macam makanan kepada kepala desa.
Sesuai dengan karakteristiknya maka budaya ini dimiliki bersama oleh masyarakat itu. setiap masyarakat yang mempunyai hajat, dengan sendirinya tanpa ada paksaan ataupun tekanan mereka mau melakukanya, meskipun kadang kala makanan yang mereka buat cukup sedikit. Masyarakat melakukanya karena mereka mempunyai pemikiran bahwa “ nondjok” itu adalah kebudayaan miliknya yang harus dilakukan apapun alasanya. Bagi orang yang tidak melakuakn kebudayaan ini maka dengan sendirinya masyarakat yang lain akan mencemoohnya. Tindakan mencemooh itu merupakan tindakan yang dilakukan masyarakat karena mereka tersinggung karena ada orang yang tidak mau melaksanakan budaya mereka yang sudah dari dulu mereka anut.
Kebudayaan itu akan diwariskan pada generasi berikutnya. Kepada anak mereka, misalnya. Setiap keluarga biasanya memberikan pendidikan tentang kebudayaan itu lewat cerita-cerita kepada anak mereka bahwa harus melakuaknya. Pada saat kebudayaan itu berlangsung orang tua akan melibatkan anaknya dalam proses kebudayaan itu. misalnya pada saat mengantarkan ke rumah kepala desa. Dengan sendirinya budaya itu akan meresap pada pikiran anak itu. sehingga dia juga akan merasa bahwa budaya itu adalah miliknya yang harus dijaga terus.
Budaya itu bersifat adaptif, artinya dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sosial. Budaya dapat juga berubah karena berubahnya kondisi sosial. Seperti budaya ini, inti budaya ini adalah memberikan makanan pada kepala desa. Tapi macam-macam makanan dan jumlah yang diberikan tidak sama antara orang yang satu dengan yang lainya. Orang yang kaya bisa memberikan makanan yang banyak dan mewah sebaliknya orang yang miskin hanya mampu memberikan seadanya saja. ini menunjukan budaya itu tidak harus sama dalam penerapanya dalam kehidupan sosial. Tergantung dengan kondisi masing-masing
Sebuah budaya berbasis pada simbol. Setiap budaya memiliki simbol-simbol yang tidak sama yang mempunyai makna yang berbeda pula. Simbol yang digunakan merupakan sesuatu yang muncul dari diri seseorang karena telah terjadi kejadian yang luar biasa. Misalnya turnya hujan yang sudah bertahun-tahun tidak hujan. Mereka mengugkapkan rasa syukur mereka dengan melakukan hal yang mereka anggap itu baik. Budaya ini merupakan simbol dari bentuk penghormatan terhadap seorang pimpinan yang tertinggi dalam desa itu.
Dalam perkembanganya, budaya harus bisa menyesuaikan dengan keadaan sosial yang ada. Apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, budaya harus bisa memenuhinya. Jika tidak maka dengan sendirinya budaya itu akan dianggap tidak ada oleh masyarakat. Jadi, budaya dapat berubah sesuai dengan berubahnya waktu.
Minggu, 02 Januari 2011
Inteaksionisme simbolik
Menurut Mead tindakan manusia terjadi dalam empat tahapan. Implus. Pengaruh atau dorongan yang timbul untuk melakukan sesuatu. Misalnya seseorang laki-laki yang suka pada seorang perempuan. Rasa suka yang dimiliki itu adalah bentuk dari dorongan tersebut. Ia akan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan dorongan yang ada itu. Presepsi, seseorang akan bereaksi terhadap dorongan yang timbul itu. Ia akan mencari tahu tentang cara-cara yang akan digunakannya untuk memenuhi tujuanya. Ia akan menggunakan cara-cara yang berbeda dari biasanya dengan pikiran kreatifnya ataupun dengan cara yang sudah ada di lingkungannya. Manipulasi. Manusia mempunyai kelebihan berpikir dari pada hewan. Ia mampu memngubah cara-cara yang ada menjadi bentuk yang lain yang lebih bernilai baginya. Misalnya, seorang yang sedang jatuh cinta akan memberikan bunga pada teman perempuanya. Tindakan seperti ini akan mampu untuk dimanipulasi oleh manusia itu dalam bentuk lain yang lebih berkesan. Konumasi , setelah manusia memikirkan tentang dorongan begitu juga dengan cara-cara yang akan dilakukanya, maka ia akan melakukan cara-cara tersebut.
Dalam bertindak manusia juga menggunakan symbol-simbol tertentu. Simbol yang dimiliki oleh manusia bisa jadi berbeda panafsiran dengan simbol yang dimiliki oleh orang lain. Simbol akan menjadi signifikan apabila penafsiran tentang simbol oleh orang yang berinteraksi itu satu makna. Simbol yang paling signifikan adalah bahasa. Bahasa tidak perlu penafsiran lagi, berbeda dengan simbol yang harus ada upaya untuk menafsirkannya. Manusia mengetahu dan memaknai simbol-simbol berdsarkan pengalamannya dalam berinteraksi sehari-hari dengan lingkungannya (sosialisasi).
Mead juga membagi dua dimensi dalam diri yaitu “I” dan “me”.”I” adalah kemampuan berpikir manusia yang kreatif dan tidak dipengaruhi oleh lingkunganny. Tindakan biasanya bersifat spontan. “Me” adalah tindakan seseorang sesuai dengan aturan-aturan yang telah disepakati bersama dalam suatu lingkungan. Seseorang yang mempunyai dimensi “I” yang kuat mampu mempengaruhi pikiran orang lain. Bahkan “I” yang dimiliki oleh seseorang bisa menjadi “me”nya banyak orang.
Para tokoh interaksionisme simbolik mengelompokan 7 prinsip dasar dari teori ini :
1. Manusia mempunyai pikiran yang lebih luas dari pada hewan
2. Kemampuan bepikir itu diperolae dari interaksi sosial
3. Dalam berinteraksi manusia, mereka akan mempelajari arti dan makna simbol yang dipakai.
4. Makna dan simbol itu memungkinkan manusia untuk bertindak secara khusus
5. Manusia mampu mengubah makna simbol itu sesuai dengan pemikiranya sendiri
6. Manusia mampu menentukan cara sesuai dengan diri mereka sendiri yang berbeda dengan yang udah ada.
7. Pola tindakan dan iteraksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan masyarakat
Dari prinsip dasar yang dikemukakan diatas, dapat kia ambil kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif karena memilki kelebihan dalam berpikir dan memodifikasi sesuatu. Manusia dapat menciptakan lingkunganya sendiri yang berbeda dari biasanya. Dalam bertindak manusia tidak harus bertindak sesuai dengan adat yang ada, ia mampu mengubahnya menjadi tindakan yang lebih bermakna baginya melalui proses berpikir tersebut. Melalui berpikir kreatif inilah manusia mampu mengubah lingkunganya.
Sumber rujukan : George Ritzer-Douglas J. Goodman, 2004, Teori sosiologi modern, Jakarta: Prenada Media
Teori pertukaran George Homans
Dalam teori ini ada enam proposisi utama
1. Proposisi sukses
Semakin sering seseorang memperoleh penghargaan dari tindakannya itu maka semakin besar kemungkinan orang itu untuk mengulangi tindakanya lagi di masa datang. Seseorang yang sedang pacaran, apabila seseorang memberikan hadiah pada pasangannya pada hari-hari tertentu, kemudian pasangannya menjadi lebih senang, maka kemungkinan orang itu melakukan tindakan yang sama di masa depan menjadi lebih besar. Tetapi menurut Homans hadiah yang diberikan secara teratur dalam waktu yang tertentu akan menyebabkan kebosanan pada penerima hadiah itu. Misalnya contoh diatas tadi. Dengan memberikan hadiah secara teratur pasangan akan menjadi bosan karena udah tidak lagi menjadi sebuah kejutan yang diharapkan dari sudah tindakan.
2. Proposisi tindakan
Apabila di masa lalu ia mendapatkan sebuah dorongan untuk melakukan sebuah tindakan, dan dari tindakan itu ia mendapatkan hadiah, maka besar kemungkinan orang itu akan mengulangi tindakan itu bila mendapat dorongan yang sama. Kita lihat contoh diatas. Seorang laki-laki yang ingin membahagiakan seorang wanita, ia memberikan sebuah hadiah. Dengan hadiah itu pasangannya menjadi senang maka apabila laki-laki tadi ingin menyenagkan pasangannya lagi, maka besar kemungkinan akan mengulangi tindakan yang sama.
3. Proposisi nilai
Makin tinggi nilai hadiah itu bagi dirinya, maka besar kemungkinan seseorang itu akan mengulangi tindakan itu. Dari contoh diatas seorang laki-laki yang berhasil membuat pasanganya bahagia dengan hadiah itu maka ia akan mengulangi tindakannya itu karena nilai yang di dapat sangat besar baginya yaitu kebahagian yang diperoleh dari hadiay yang diberikan
4.Proposisi kejemuan
Makin sering seseorang mendapat hadiah yang sama dan teratur maka nilai hadiah yang diberikan itu semakin berkurang. Hadiah yang sama yang diberikan akan mengurangi nilai hadiah itu karena hadiah itu sudah tidak menjadi sesuatu yang sangat diharapkan. Homans mencotohkan tindakan seorang penjudi. Seorang penjudi tidak setiap hari dapat menang. Hadiah yang didapatkan tidak teratur kadang menang dan kadang kalah. Mendapat hadiah yang tidak teratur akan membuat seseorang menjadi lebih sering melakukan tindakan itu.
5. Proposisi persetujuan
Apabila seseorang mendapatkan hadiah yang tak ia inginkan malah mendapat hukuman maka orang itu akan marah. Apabila seorang laki-laki memberikan hadiah pada perempuan tapi hadiah dianggap tidak berarti maka orang itu akan marah. Begitu juga sebaliknya, apabila tindakannya mendapatkan hadiah seperti yang ia inginkan atau bahkan lebih, mka orang itu akan merasa senang
6. Proposisi rasionalitan
Dalam memilih tindakan alternative seseorang akan memilih tindakan yang bernilai lebih besar dari masa lampau berdasarkan perhitungan rasionalitas.
Dari teori diatas dapat kita lihat kalau individu selalu bertindak untuk mendapatkan keuntungan. Interaki yang tidak menguntungkan akan ditinggalkan dan mencari altrnatif yang lain yang lebih menguntungkan. Sesuai dengan teori ekonomi yaitu modal sekecil-kecilnya dan untung sebesar-besarnya. Jadi manusia bertindak pasti tindakannya itu menguntungksn diri sendiri. Apabila manusia bertindak untuk kepentingan orang lain saya rasa itu tidak benar karena meskipun bertindk untuk orang lain akhirnya juga kembali kepada dirinya sendiri untuk mendapatlkan keuntungan. selagi tindakanya bermanfaat dan menghasilkan hadiah yang diinginkannya maka tindakan itu akan terus dilangsungka dan begitu juga sebaliknya.
Sumber rujukan : George Ritzer-Douglas J. Goodman, 2004, Teori sosiologi modern, Jakarta: Prenada Media
Kamis, 30 Desember 2010
Teori konflik Ralp Dahrendrof
Teori konflik sebenarnya adalah lawan dari teori fungsionalisme struktural. Dalam teori konflik memandang bahwa masyarakat dapat hidup secara teratur dikarenakan tunduk pada sebuah kekuasaan secara terpaksa. Dengan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan keseimbangan. Masyarakat dipaksa untuk tunduk pada sebuah sistem yang sudah ada. Konsep utama dari teori ini adalah kekuasaan. Seseorang yang telah mempunyai kekuasaan berusaha untuk mempertahankan kedudukanya sedangkan orang yang berada dibawahnya akan berusaha untuk mendapatkan status yang lebih tinggi lagi. Tindakan seperti ini akan terus berlangsung dalam kehidupan manusia. Iniloah yang disebut oleh Dahrendrof sebagai konflik dimana seseorang hidup dalam keterpaksaan dan akan mencari terus status yang lebih tinggi. Sisi lain dari sebuah konflik, juga dapat mengintegrasikan kelompok yang dulunya loggar. Misalnya, supporter sepak bola yang berasal dari Arema Malang, Persija Jakarta, Bonek Surabaya dan lain-lain yang dulunya selalu bermusuhan dan bertindak anarkis pada saat menyaksikan tim kesayanganya bertanding dan kalah hubungan mereka akan semakin baik dan dapat bersatu pada saat mendukung tim sepak bola Indonesia melawan Tim dari Malaysia. Konflik yang terjadi antara Indonesia dengan Malaysia dalam sepak bola membuat supporter asal Indonesia semakin bersatu.
Dalam teori konflik juga disebutkan fungsi-fungsi dari konflik itu sendiri. Seperti
Konflik dengan kelompok lain akan membantu menciptakan kohesi dengan kelompok lain. Seperti Suporter Indonesia yang bersatu setelah sebelumnya longgar dapat terjadi karena konflik dengan Malaysia dalam sepak bolanya.
Dalam suatu masyarakat, konflik dapat mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi. Misalnya seorang pemuda yang dulunya tidak mau tahu tentang desanya. Akan menjadi aktif berperan dalam desanya setelah terjadi konflik dengan desa lain
Konflik juga dapat membantu fungsi komunikasi. Dalam sebuah konflik, hubungan antar individu dalam suatu kelompok akan lebih intens sehingga komunikasi akan berjalan lebi baik.
Konflik akan dapat menemukan ide-ide yang lebih baik lagi dari semula. Dengan adanya sebuah konflik maka masyarakat akan berusaha untuk mengatasinya dan juga mengganti sebuah sistem yang memang sudah tidak cocok lagi untuk dilanjutkan fungsinya. Tidak ada perubahan yang terjadi sebelun adanya sebuah kegagalan dalm suatu sistem.
Dari penjelasan diatas kita menemukan bahwa teori konflik hanya memandang suatu masyarakat dari satu sisi yaitu masyarakat akan dapat terus berlanjut jika didasari dengan adanya kekuasaan yang memaksa. Sedangkan teori fungsionalisme struktural memandang masyarakat selalu berada dalam perobahan yang seimbang. Sistem akan mengontrol masyarakat untuk selalu bertindak sesuai fungsi yang dimainkannya
Pernyataan yang ekstrim dari teori konflik dan juga dapat dinyatakan dalam teori fungsuonalisme adalah konflik yang bersifat fungsional harus tetap dilestarikan. Konflik yang terjadi antara Israel dengan Palestina sulit diselesaikan karena konflik yang terjadi tersebut fungsional bagi Amerika. Amerika menggunakan Israel untuk mengalahkan Palestina agar apabila Israel menang Amerika akan mudah untuk menguasai sumberdaya yang ada di Palestina. Amerika menggunakan Agama sebagai alat . Amerika mencekoki Israel bahwa Palestina adalah tempat kelahiran nabi mereka yang harus direbut dari palestina yang memang dahulunya adalah miliknya.
Sumber rujukan : George Ritzer-Douglas J. Goodman, 2004, Teori sosiologi modern, Jakarta: Prenada Media
Senin, 13 Desember 2010
Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons
Menurut teori ini sistem selalu berada dalam posisi keseimbangan. Apabila terjadi suatu konflik maka sistem akan dengan sendirinya mengatasinya. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial akan bersifat fungsional terhadap yang lainya. Dalam teori ini, semua kejadian yang terjadi di masyarakat sebagai sistem sosial selalu fungsional meskipun itu merupakan tindakan-tindakan yang dianggap tidak baik oleh masyarakat. Parsons menganggap semua sistem fungsional, karena dalam sebuah sistem terdapat 4 fungsi yang dikenal dengan konsep AGIL.
Adaptation, sebuah sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memenuhi segala kebutuhanya. Sistem ini dilaksanakan organisme perilaku.
Goal Attainment, sebuah sistem harus dapat memenuhi tujuan yang diinginkannya. Fungsi ini dilaksanakan oleh sistem kepribadian.
Integration, bagian-bagian dari sebuah sistem harus sesuai. Kebutuhan ini dipenuhi oleh sistem sosial.
Latent Pattern Maintenance, bagaimana sebuah sistem tetap menjalankan tugasnya masing-masing dengan benar. Fungsi ini dipenuhi oleh sistem kultural.
Fungi adaptasi dilakukan oleh organisme perilaku maksudnya adalah bahwa seseorang harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkunganya agar dapat terus hidup. Misalnya seseorang yang miskin harus dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Dia harus bekerja dengan orang yang kaya sebagai buruh agar dapat mencukupi kebutuhanya bahkan mengubahnya menjadi yang lebih baik. Fungsi dari sistem kepribadian adalah untuk memenuhi tujuan dari perilaku tadi. Fungsi ini dilakukan oleh sistem kepribadian. Seseorang yang miskin tadi harus menanamkan tujuanya dalam pribadinya yaitu untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Setelah itu seseorang yang miskin harus menyesuaikan tujuannya dengan sistem sosial yang ada. Dalam sistem sosial pasti ada penguasa dan yang dikuasai. Orang yang miskin harus tunduk pada orang kaya sebagai penguasa agar dapat bekerja dan memenuhi kebutuhanya. Agar fungsi-fungsi tadi dapat berjalan dengan teratur maka harus ada sebuah sistem yang dapat memeliharanya yaitu sistem kultural. Dengan sistem ini masyarakat diatur menurt kebudayaannya masing-masing untuk dapat terus hidup dalam suatu masyarakat.
Apabila semua sistem memenuhi 4 fungsi ini maka akan terbentuk sistem yang fungsionalisme. Dalam sebuah masyarakat, kemiskinan menurut teori ini dipandang sebagai sesuatu yang fungsional. Dengan adanya kemiskinan, maka sistem akan membuat si miskin tadi beradaptasi dengan lingkungannya. Karena ia sadar ia miskin maka akan berusaha menyelesaikanya. Di sini sistem harus dapat memberikan peranannya dengan jalan menyediakan orang yang kaya yang mempunyai sumber daya lebih. Agar hubungan antara keduanya berjalan baik maka dibutuhkan nilai dan norma untuk mengatasinya. Dengan demikian, maka sistem akan tetap fungsional karena telah memenuhi tujuanya agar masyarakat dapat hidup teratur dan sejahtera. Memang bagi si miskin kemiskinan bukan fungsional tetapi disfungsional, tapi sistem akan menghilangkannya dengan jalan memenuhi kebutuhannya. Dalam teori ini juga mengenal konsep fungsi laten (tidak diharapkan atau tersembunyi) dan fungsi manifest (fungsi yang diharapkan). Misalnya, dalam pembangunan tempat rekreasi mempunyai fungsi utama (manifest) adalah sarana hiburan bagi seseorang. Tapi dibalik itu juga menimbulkan fungsi yang lain, yang tidak diharapkan yaitu seperti banyaknya pedagang disekitar tempat itu, penyedia jasa sewa mobil, kamar, dll.
Sumber rujukan : George Ritzer-Douglas J. Goodman, 2004, Teori sosiologi modern, Jakarta: Prenada Media