Senin, 13 Desember 2010

Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons

Menurut teori ini sistem selalu berada dalam posisi keseimbangan. Apabila terjadi suatu konflik maka sistem akan dengan sendirinya mengatasinya. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial akan bersifat fungsional terhadap yang lainya. Dalam teori ini, semua kejadian yang terjadi di masyarakat sebagai sistem sosial selalu fungsional meskipun itu merupakan tindakan-tindakan yang dianggap tidak baik oleh masyarakat. Parsons menganggap semua sistem fungsional, karena dalam sebuah sistem terdapat 4 fungsi yang dikenal dengan konsep AGIL.


  1. Adaptation, sebuah sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memenuhi segala kebutuhanya. Sistem ini dilaksanakan organisme perilaku.

  2. Goal Attainment, sebuah sistem harus dapat memenuhi tujuan yang diinginkannya. Fungsi ini dilaksanakan oleh sistem kepribadian.

  3. Integration, bagian-bagian dari sebuah sistem harus sesuai. Kebutuhan ini dipenuhi oleh sistem sosial.

  4. Latent Pattern Maintenance, bagaimana sebuah sistem tetap menjalankan tugasnya masing-masing dengan benar. Fungsi ini dipenuhi oleh sistem kultural.


Fungi adaptasi dilakukan oleh organisme perilaku maksudnya adalah bahwa seseorang harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkunganya agar dapat terus hidup. Misalnya seseorang yang miskin harus dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Dia harus bekerja dengan orang yang kaya sebagai buruh agar dapat mencukupi kebutuhanya bahkan mengubahnya menjadi yang lebih baik. Fungsi dari sistem kepribadian adalah untuk memenuhi tujuan dari perilaku tadi. Fungsi ini dilakukan oleh sistem kepribadian. Seseorang yang miskin tadi harus menanamkan tujuanya dalam pribadinya yaitu untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Setelah itu seseorang yang miskin harus menyesuaikan tujuannya dengan sistem sosial yang ada. Dalam sistem sosial pasti ada penguasa dan yang dikuasai. Orang yang miskin harus tunduk pada orang kaya sebagai penguasa agar dapat bekerja dan memenuhi kebutuhanya. Agar fungsi-fungsi tadi dapat berjalan dengan teratur maka harus ada sebuah sistem yang dapat memeliharanya yaitu sistem kultural. Dengan sistem ini masyarakat diatur menurt kebudayaannya masing-masing untuk dapat terus hidup dalam suatu masyarakat.


Apabila semua sistem memenuhi 4 fungsi ini maka akan terbentuk sistem yang fungsionalisme. Dalam sebuah masyarakat, kemiskinan menurut teori ini dipandang sebagai sesuatu yang fungsional. Dengan adanya kemiskinan, maka sistem akan membuat si miskin tadi beradaptasi dengan lingkungannya. Karena ia sadar ia miskin maka akan berusaha menyelesaikanya. Di sini sistem harus dapat memberikan peranannya dengan jalan menyediakan orang yang kaya yang mempunyai sumber daya lebih. Agar hubungan antara keduanya berjalan baik maka dibutuhkan nilai dan norma untuk mengatasinya. Dengan demikian, maka sistem akan tetap fungsional karena telah memenuhi tujuanya agar masyarakat dapat hidup teratur dan sejahtera. Memang bagi si miskin kemiskinan bukan fungsional tetapi disfungsional, tapi sistem akan menghilangkannya dengan jalan memenuhi kebutuhannya. Dalam teori ini juga mengenal konsep fungsi laten (tidak diharapkan atau tersembunyi) dan fungsi manifest (fungsi yang diharapkan). Misalnya, dalam pembangunan tempat rekreasi mempunyai fungsi utama (manifest) adalah sarana hiburan bagi seseorang. Tapi dibalik itu juga menimbulkan fungsi yang lain, yang tidak diharapkan yaitu seperti banyaknya pedagang disekitar tempat itu, penyedia jasa sewa mobil, kamar, dll.







Sumber rujukan : George Ritzer-Douglas J. Goodman, 2004, Teori sosiologi modern, Jakarta: Prenada Media



Tidak ada komentar:

Posting Komentar